Mayat Sopir Truk Korban Lubang Raksasa di Jepang Ditemukan Setelah Tiga Bulan

Mayat Sopir Truk Korban Lubang Raksasa di Jepang Ditemukan Setelah Tiga Bulan

Pada awal Februari 2025, masyarakat Jepang dikejutkan oleh peristiwa mengerikan yang terjadi di Kota Yubari, Prefektur Hokkaido.

Sebuah lubang besar tiba-tiba terbuka di tengah jalan raya nasional dan menelan sebuah truk besar berikut sopirnya. Selama berbulan-bulan, upaya pencarian terus dilakukan, namun tanpa hasil yang pasti.

Kini, setelah lebih dari tiga bulan sejak kejadian itu, pihak berwenang akhirnya berhasil menemukan jasad pengemudi truk yang menjadi korban dalam insiden tersebut.

Mayat Sopir Truk Korban Lubang Raksasa di Jepang Ditemukan Setelah Tiga Bulan

Mayat Sopir Truk Korban Lubang Raksasa di Jepang Ditemukan Setelah Tiga Bulan

Sejak lubang raksasa selebar hampir 30 meter itu terbuka secara tiba-tiba dan menelan kendaraan yang melintas, tim penyelamat langsung dikerahkan ke lokasi.

Namun, kondisi tanah yang labil serta potensi longsor susulan membuat proses evakuasi berjalan sangat lambat dan berisiko tinggi.

Tim penyelamat dan para insinyur geoteknik harus bekerja ekstra hati-hati.

Mereka tidak hanya ditantang oleh ukuran dan kedalaman lubang, tetapi juga oleh struktur tanah yang berisiko runtuh kembali jika digali secara agresif. Teknologi pencitraan bawah tanah, sensor radar, dan drone digunakan dalam upaya pencarian korban.

Penemuan Jasad Sopir Dikonfirmasi Polisi

Pada Senin pagi, 5 Mei 2025, Kepolisian Prefektur Hokkaido mengumumkan bahwa jasad yang ditemukan dalam operasi pencarian

terakhir dipastikan merupakan milik sopir truk yang hilang, bernama Takashi Morimoto (45), warga Sapporo.

Identitas korban dikonfirmasi melalui pencocokan DNA dengan anggota keluarganya serta identifikasi barang pribadi yang ditemukan di lokasi.

Tim forensik menyatakan bahwa jasad korban ditemukan dalam kondisi tertimbun lumpur dan reruntuhan kendaraan

sekitar 17 meter dari permukaan tanah di lokasi utama kejadian. Lokasi penemuan ini sebelumnya belum dapat dijangkau akibat ketidakstabilan struktur tanah.

Kronologi Kejadian Lubang Raksasa

Berdasarkan laporan otoritas setempat, insiden terjadi pada 1 Februari 2025 sekitar pukul 06.45 pagi waktu setempat. Saat itu, truk kontainer yang dikemudikan oleh Takashi Morimoto tengah melaju di Jalan Nasional 274, salah satu jalur logistik utama yang menghubungkan kawasan industri di Hokkaido.

Tiba-tiba, jalan yang dilalui runtuh secara vertikal dan menciptakan lubang besar dengan diameter hampir 30 meter dan kedalaman lebih dari 20 meter. Truk korban langsung terperosok dan tertelan ke dalamnya. Tidak ada kendaraan lain yang terlibat dalam kejadian itu, namun sejumlah warga yang berada tidak jauh dari lokasi mengaku mendengar suara dentuman keras dan gemuruh sebelum lubang muncul.

Dugaan Penyebab dan Penyelidikan Pemerintah

Pemerintah Prefektur Hokkaido bekerja sama dengan Kementerian Pertanahan, Infrastruktur, Transportasi dan Pariwisata Jepang (MLIT)

segera melakukan penyelidikan teknis terhadap penyebab munculnya lubang tersebut.

Dugaan awal mengarah pada erosi bawah tanah akibat rembesan air hujan dalam jumlah besar yang melemahkan lapisan tanah penopang jalan.

Beberapa hari sebelum kejadian, kawasan tersebut memang diguyur hujan deras secara terus-menerus.

Selain itu, struktur jalan yang sudah berusia lebih dari 30 tahun dinilai rentan terhadap kejenuhan tanah.

Belum adanya sistem drainase bawah tanah yang memadai turut memperburuk situasi.

Kementerian menyatakan bahwa investigasi komprehensif masih berlangsung untuk memastikan apakah ada kelalaian

dalam pemeliharaan infrastruktur yang seharusnya menjadi tanggung jawab pemerintah pusat dan daerah.

Reaksi Keluarga dan Masyarakat

Penemuan jasad Takashi Morimoto disambut dengan perasaan campur aduk oleh pihak keluarga. Istri korban

Haruka Morimoto (42), dalam wawancaranya kepada NHK mengatakan bahwa meskipun penuh duka

pihak keluarga merasa lega karena akhirnya sang suami ditemukan dan dapat dimakamkan secara layak.

“Kami menunggu dalam ketidakpastian selama lebih dari tiga bulan. Kini, meskipun hati kami hancur

setidaknya kami dapat berdoa untuknya dengan tenang,” ujar Haruka dengan penuh haru.

Masyarakat sekitar lokasi kejadian pun turut menyampaikan rasa duka dan keprihatinan.

Banyak warga berharap pemerintah segera melakukan audit menyeluruh terhadap kondisi jalan di seluruh wilayah Hokkaido agar insiden serupa tidak terjadi kembali.

Baca juga:Viral Wanita Tertangkap Basah Pemilik Toko saat Curi Sarden di Pekanbaru

Respons Pemerintah dan Rencana Penanggulangan

Gubernur Hokkaido, Koichi Yamamoto, dalam pernyataan resminya menyampaikan duka cita mendalam kepada keluarga korban.

Ia juga mengakui bahwa insiden tersebut menjadi peringatan keras bagi seluruh pihak terkait dalam pengelolaan infrastruktur publik.

Pemerintah daerah berjanji akan mempercepat inspeksi dan evaluasi kondisi jalan yang berada di wilayah rawan erosi, termasuk memperbaiki sistem drainase dan memperkuat fondasi jalan utama yang berisiko.

Kementerian Infrastruktur juga mengumumkan alokasi anggaran tambahan untuk proyek penguatan jalan dan pemetaan bawah tanah secara nasional guna mendeteksi potensi lubang dan keruntuhan sebelum terjadi insiden.

Perlunya Teknologi Deteksi Dini dan Standar Keselamatan Baru

Para pakar teknik sipil dari berbagai universitas di Jepang menyerukan perlunya peningkatan sistem deteksi dini untuk mencegah kecelakaan akibat keruntuhan tanah. Teknologi seperti ground-penetrating radar (GPR), sensor tekanan bawah tanah, serta sistem pemantauan real-time dianggap perlu diadopsi secara luas.

Selain itu, mereka juga menyarankan adanya revisi terhadap standar keselamatan jalan raya, khususnya di kawasan yang memiliki curah hujan tinggi dan kondisi geologi tidak stabil.

Penutup: Tragedi yang Menjadi Pelajaran Bersama

Insiden lubang raksasa yang menewaskan satu orang di Jepang bukan hanya menjadi peristiwa duka bagi keluarga korban

tetapi juga menjadi cerminan perlunya evaluasi serius terhadap infrastruktur publik. Dalam era modern dengan kemajuan

teknologi tinggi, perlindungan terhadap nyawa manusia harus tetap menjadi prioritas utama dalam perencanaan dan pemeliharaan fasilitas umum.

Semoga tragedi ini menjadi titik awal bagi peningkatan sistem keselamatan jalan serta kesadaran kolektif terhadap pentingnya investasi dalam infrastruktur yang aman dan berkelanjutan.

Exit mobile version