Pemerintah memastikan kebutuhan pengungsi mandiri akibat erupsi Gunung Lewotobi
Erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki yang terjadi di Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT), telah memaksa ribuan
warga meninggalkan rumah mereka demi keselamatan. Pemerintah Kabupaten Flores Timur memastikan kebutuhan para pengungsi,
termasuk pengungsi mandiri, terpenuhi dengan baik.
Untuk pengungsi mandiri, tetap disuplai untuk kebutuhan logistiknya,” ujar Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Flores
Timur Heronimus Lamawuran saat dihubungi, Jumat (10/1/2025). Bantuan logistik untuk pengungsi mandiri disalurkan melalui
permintaan kepala desa atau lurah di lokasi pengungsi tinggal. Pemerintah setempat kemudian mengajukan permintaan kebutuhan
logistik tersebut kepada Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD). “Sehingga kebutuhan logistik yang keluar tercatat
dengan baik dan dihitung kebutuhan logistik tersebut untuk berapa lama,” tambah Heronimus.
Para pengungsi berasal dari daerah kawasan rawan bencana (KRB) erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki, seperti Hokeng Jaya,
Klantanlo, Dulipali, Nobo, Nawakote, dan sebagian wilayah Boru. Mereka tersebar di berbagai wilayah di Kabupaten Flores
Timur, baik di rumah warga maupun di posko pengungsian resmi.
Rinciannya, pengungsi mandiri tersebar di wilayah Wulanggitang (59 jiwa), Ile Bura (83 jiwa), Titehena (2.370 jiwa), Demon
Pagong (356 jiwa), Tanjung Bunga (28 jiwa), Larantuka (561 jiwa), Ile Mandiri (70 jiwa), Lewolema (81 jiwa), Pulau Adonara
(53 jiwa), dan Pulau Solor (23 jiwa). Sementara itu, pengungsi yang menetap di empat posko pengungsian resmi tercatat sebanyak 2.718 jiwa.
Komitmen Jangka Panjang untuk Pemulihan
Selain memastikan kebutuhan logistik terpenuhi, pemerintah juga telah menyusun rencana jangka panjang untuk mendukung
pemulihan masyarakat terdampak. Langkah ini mencakup rehabilitasi infrastruktur yang rusak akibat erupsi serta pemulihan
ekonomi warga yang kehilangan sumber mata pencaharian mereka.
Pemerintah bekerja sama dengan berbagai pihak, termasuk organisasi non-pemerintah dan relawan, untuk memastikan
program pemulihan berjalan efektif. Edukasi kepada masyarakat tentang mitigasi bencana juga menjadi bagian penting dari upaya
pemerintah untuk meningkatkan kesiapsiagaan di masa depan.
Erupsi Gunung Lewotobi menjadi pengingat akan pentingnya sinergi antara pemerintah, masyarakat, dan berbagai pemangku
kepentingan lainnya dalam menghadapi bencana alam. Dengan langkah-langkah strategis yang telah diambil, pemerintah berharap
kebutuhan para pengungsi dapat terus terpenuhi hingga situasi kembali normal.
Fokus pada pemulihan jangka panjang akan menjadi langkah penting untuk memastikan kehidupan warga terdampak dapat kembali seperti semula, bahkan lebih baik.