
Merenungkan Kembali Gagasan Ekonomi Berkeadilan Paus Fransiskus
Dalam dunia yang kian didominasi oleh kapitalisme ekstrem dan kesenjangan sosial yang melebar, Paus Fransiskus tampil sebagai salah satu suara moral terkuat yang menyerukan perubahan arah dalam cara manusia mengelola ekonomi. Dalam berbagai pidato, ensiklik, dan tulisan, Paus Fransiskus konsisten menyuarakan pentingnya sistem ekonomi yang tidak hanya berorientasi pada pertumbuhan dan laba, tetapi juga mengutamakan keadilan sosial, martabat manusia, dan keberpihakan pada kaum miskin.
Gagasan ekonomi berkeadilan yang disuarakan Paus Fransiskus bukanlah konsep baru dalam ajaran Gereja Katolik, tetapi di bawah kepemimpinannya, pesan ini diperbarui dengan semangat profetis yang kuat dan sangat relevan dengan tantangan zaman. Paus mengajak dunia untuk merenungkan kembali: untuk siapa ekonomi dijalankan, dan siapa yang diuntungkan?

Akar Pemikiran: Martabat Manusia sebagai Poros Ekonomi
Dalam banyak kesempatan, Paus Fransiskus menegaskan bahwa setiap sistem ekonomi harus berpijak pada prinsip penghormatan terhadap martabat manusia.
Ia mengecam sistem ekonomi yang menjadikan manusia sebagai alat produksi semata, serta praktik-praktik yang mengeksploitasi pekerja demi keuntungan segelintir elit.
Dalam ensiklik Evangelii Gaudium (2013), Paus mengkritik “ekonomi eksklusi” dan budaya “pembuangan”
di mana orang miskin dan lemah dianggap tak berguna oleh sistem. Ia menyatakan bahwa ekonomi seperti ini telah kehilangan arah
moralnya karena tidak lagi memandang manusia sebagai tujuan, melainkan sebagai sarana.
Menolak Dewa Pasar dan Mitos Trickle-Down
Salah satu kritik paling tajam Paus Fransiskus tertuju pada kepercayaan buta terhadap mekanisme pasar yang diklaim mampu secara otomatis menciptakan kesejahteraan bagi semua.
Dalam pernyataannya, ia menyebut mitos trickle-down economy sebagai ide yang tidak pernah terbukti dalam kenyataan. Menurutnya, menunggu kekayaan menetes dari atas ke bawah hanyalah ilusi yang mengabaikan struktur ketimpangan dan ketidakadilan yang sistemik.
Paus menyerukan agar negara dan masyarakat mengambil peran aktif dalam menciptakan sistem distribusi yang lebih adil
termasuk melalui kebijakan fiskal yang berpihak, sistem perlindungan sosial, dan dukungan kepada usaha kecil serta ekonomi lokal.
Ekonomi yang Melayani, Bukan Menguasai
Bagi Paus Fransiskus, ekonomi harus melayani kehidupan. Itu berarti sistem produksi, konsumsi, dan distribusi harus
dirancang untuk memenuhi kebutuhan semua orang, bukan hanya menguntungkan segelintir kelompok. Ia mengingatkan bahwa uang seharusnya menjadi alat, bukan tuan.
Dalam pertemuan Economy of Francesco—forum global yang melibatkan kaum muda, pengusah
dan pemikir ekonomi yang diinisiasi oleh Paus—dikembangkan ide-ide ekonomi alternatif yang lebih manusiawi
berkelanjutan, dan berbasis pada solidaritas. Forum ini menjadi wadah untuk menginspirasi generasi baru dalam membangun sistem ekonomi baru yang mengutamakan keberlanjutan dan kesejahteraan bersama.
Ekologi Integral dan Ekonomi Berkelanjutan
Dalam ensiklik Laudato Si’ (2015), Paus Fransiskus memperluas wacana keadilan ekonomi ke dalam dimensi ekologi. Ia memperkenalkan konsep ekologi integral, yakni pendekatan yang melihat krisis lingkungan, krisis ekonomi, dan krisis sosial sebagai masalah yang saling berkaitan.
Menurutnya, kerusakan lingkungan tidak dapat dipisahkan dari model ekonomi yang eksploitatif dan konsumeristik. Maka, solusi atas krisis iklim juga harus menyasar akar ekonomi yang mendorong eksploitasi tanpa batas atas sumber daya alam. Ia menyerukan perubahan gaya hidup dan sistem ekonomi menuju model yang lebih berkelanjutan dan ramah lingkungan.
Baca juga:Ray Sahetapy Meninggal Dunia, Rama: Makin Berasa Setelah Orangnya Pergi
Solidaritas Global dan Peran Kaum Muda
Paus Fransiskus juga menekankan pentingnya solidaritas global dalam menjawab tantangan ketidakadilan ekonomi.
Ia mengajak negara-negara maju untuk membantu negara-negara berkembang, bukan dalam bentuk belas kasih yang merendahkan, tetapi dalam semangat persaudaraan dan kemitraan.
Kaum muda menjadi sasaran penting dalam ajakan ini. Dalam banyak kesempatan, Paus mengungkapkan harapannya agar
generasi muda tidak tunduk pada sistem ekonomi yang tidak adil, tetapi menjadi agen perubahan yang membawa nilai kemanusiaan, solidaritas, dan keberanian untuk bermimpi tentang dunia yang lebih adil.
Menjawab Tantangan dengan Etika dan Iman
Gagasan ekonomi berkeadilan ala Paus Fransiskus bukan sekadar retorika. Ia adalah panggilan untuk bertindak.
Dunia bisnis, politik, akademisi, dan masyarakat sipil diajak untuk meninjau ulang prinsip dasar ekonomi mereka dengan mengedepankan etika, iman, dan keberpihakan pada mereka yang paling terpinggirkan.
Tantangan global seperti kemiskinan, pengangguran, kerusakan lingkungan, dan konsumerisme harus dijawab dengan semangat kolektif
untuk menciptakan sistem ekonomi yang melayani semua, bukan hanya sebagian.
Penutup: Sebuah Visi untuk Ekonomi yang Lebih Manusiawi
Pemikiran Paus Fransiskus tentang ekonomi berkeadilan adalah ajakan untuk merenung sekaligus bertindak.
Ini adalah panggilan hati nurani agar manusia tidak terjebak dalam logika pasar yang dingin dan tak berjiwa, tetapi membangun sistem ekonomi yang lebih adil, manusiawi, dan berlandaskan kasih.
Dengan menempatkan martabat manusia, solidaritas, dan keberlanjutan sebagai inti, ekonomi berkeadilan
bukan hanya mungkin diwujudkan—tetapi juga sangat dibutuhkan demi masa depan yang lebih baik bagi semua umat manusia.