Pantas Disorot Menkes Obesitas Sentral di RI Tembus 36,8 Persen, Naik Tiap Tahun
Menteri Kesehatan Republik Indonesia (Menkes) Budi Gunadi Sadikin kembali menyoroti masalah obesitas sentral, yang kini telah mencapai angka 36,8 persen pada penduduk Indonesia. Data tersebut mencerminkan peningkatan signifikan dari tahun ke tahun, menjadikan obesitas sebagai salah satu ancaman serius terhadap kesehatan masyarakat.
Obesitas sentral, atau penumpukan lemak di bagian perut, merupakan indikator kuat terhadap risiko penyakit tidak menular seperti diabetes, hipertensi, stroke, hingga penyakit jantung koroner. Fenomena ini tidak hanya terjadi pada kalangan dewasa, tapi juga semakin banyak ditemukan pada remaja dan anak-anak.
Obesitas sentral adalah kondisi di mana lemak tubuh terakumulasi secara berlebihan di sekitar perut atau pinggang. Berbeda dengan obesitas umum yang dilihat dari Indeks Massa Tubuh (IMT), obesitas sentral diukur menggunakan lingkar perut.
Berdasarkan standar Kementerian Kesehatan RI:
Obesitas sentral pada pria: lingkar perut ≥90 cm
Obesitas sentral pada wanita: lingkar perut ≥80 cm
Fakta bahwa lebih dari sepertiga penduduk Indonesia masuk dalam kategori ini menandakan adanya perubahan gaya hidup dan pola makan yang perlu disikapi secara serius.
Menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) dan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI), prevalensi obesitas sentral meningkat dari:
18,8% (2007)
26,6% (2013)
28,8% (2018)
36,8% (2023)
Lonjakan yang tajam dalam satu dekade terakhir menunjukkan tren gaya hidup masyarakat Indonesia yang semakin tidak sehat, mulai dari pola konsumsi berlebih, rendahnya aktivitas fisik, hingga meningkatnya stres dan kurang tidur.
Obesitas sentral memiliki risiko lebih tinggi terhadap penyakit kronis dibandingkan obesitas biasa karena lemak visceral (lemak di sekitar organ dalam) lebih aktif secara metabolik dan menghasilkan zat-zat inflamasi yang memicu peradangan kronis.
Beberapa dampak kesehatan akibat obesitas sentral antara lain:
Meningkatkan risiko diabetes tipe 2 hingga 2–3 kali lipat
Memicu tekanan darah tinggi dan kolesterol
Menyebabkan sindrom metabolik
Menurunkan imunitas tubuh
Mempercepat kerusakan organ vital seperti jantung dan hati
Faktor utama penyebab lonjakan obesitas sentral di Indonesia adalah perubahan pola konsumsi makanan dan penurunan aktivitas fisik.
Beberapa penyebab yang menonjol:
Konsumsi tinggi makanan cepat saji, tinggi gula, garam, dan lemak
Peningkatan konsumsi minuman manis dan kopi kekinian
Kebiasaan makan malam larut tanpa aktivitas fisik
Kurangnya olahraga atau gerak tubuh akibat gaya hidup sedentari
Kecanduan gadget dan screen time berlebihan
Kombinasi faktor-faktor ini membuat tubuh menyimpan kalori berlebih sebagai lemak, terutama di bagian perut.
Selain gaya hidup, obesitas sentral juga berkaitan erat dengan faktor sosial dan ekonomi. Masyarakat urban dan kelompok ekonomi menengah ke atas cenderung memiliki prevalensi lebih tinggi, karena:
Akses lebih mudah ke makanan cepat saji
Gaya hidup serba instan dan digital
Minimnya ruang terbuka dan fasilitas olahraga
Namun ironisnya, kelompok ekonomi bawah juga tidak lepas dari masalah ini, terutama akibat konsumsi makanan tinggi karbohidrat murah, seperti nasi putih, mie instan, dan gorengan, yang padat kalori tapi miskin nutrisi.
Data dari SSGI 2023 menunjukkan bahwa prevalensi obesitas sentral pada perempuan lebih tinggi daripada laki-laki, yakni mencapai hampir 50 persen di beberapa wilayah perkotaan.
Hal ini dipengaruhi oleh:
Perubahan hormon (khususnya pasca-melahirkan dan menopause)
Aktivitas fisik yang cenderung lebih rendah
Tekanan peran ganda sebagai pekerja dan pengurus rumah tangga
Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan telah menginisiasi beberapa program pencegahan dan penanggulangan obesitas, antara lain:
Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS)
Pemberdayaan Posyandu dan Puskesmas untuk edukasi gizi dan aktivitas fisik
Kampanye “Isi Piringku” sebagai pengganti 4 Sehat 5 Sempurna
Anjuran olahraga minimal 30 menit per hari
Rencana pengendalian iklan makanan tidak sehat untuk anak-anak
Namun, tantangannya tetap besar mengingat rendahnya kesadaran masyarakat terhadap bahaya obesitas sentral.
Upaya pemerintah tidak akan efektif tanpa peran serta masyarakat. Berikut beberapa langkah yang bisa dilakukan:
Mengukur lingkar perut secara berkala untuk mendeteksi dini obesitas sentral
Membatasi konsumsi makanan ultra-proses, minuman manis, dan camilan berlemak
Meningkatkan konsumsi buah, sayur, dan protein sehat
Melakukan aktivitas fisik rutin, seperti jalan kaki, bersepeda, atau senam ringan
Mengurangi durasi duduk terlalu lama, terutama saat bekerja
Membentuk budaya makan sehat sejak dini di keluarga
Sekolah dan lingkungan kerja juga memegang peranan penting dalam membentuk gaya hidup sehat. Beberapa upaya yang dapat dilakukan meliputi:
Menyediakan kantin sehat dengan pilihan makanan bergizi
Menyelenggarakan aktivitas olahraga rutin di lingkungan sekolah/kantor
Edukasi tentang bahaya obesitas dan pentingnya gizi seimbang
Menyediakan waktu istirahat aktif untuk menghindari duduk terlalu lama
Jika tren ini tidak dikendalikan, Indonesia bisa menghadapi beban ganda penyakit: masih bergulat dengan malnutrisi di beberapa wilayah, namun juga menghadapi epidemi obesitas yang menimbulkan masalah baru, seperti:
Pembengkakan biaya kesehatan publik
Produktivitas masyarakat yang menurun
Penurunan kualitas hidup generasi muda
Menkes Budi Gunadi Sadikin dalam pernyataannya menegaskan bahwa obesitas bukan hanya urusan penampilan, tetapi masalah kesehatan serius yang harus dicegah sebelum menjadi bom waktu nasional.
Baca juga:Influencer TikTok Tewas Ditembak saat Sedang Live
Obesitas sentral bukan lagi masalah individu, tetapi telah menjadi isu kesehatan nasional yang patut disorot serius. Dengan angka prevalensi mencapai 36,8 persen dan tren yang terus meningkat setiap tahun, Indonesia menghadapi tantangan besar dalam membangun masyarakat yang sehat dan produktif.
Pemerintah, masyarakat, institusi pendidikan, dunia kerja, serta media memiliki peran bersama untuk membentuk gaya hidup baru yang lebih sehat. Karena pada akhirnya, pencegahan obesitas sentral bukan hanya menambah umur harapan hidup, tapi juga meningkatkan kualitas hidup bangsa.
Kenali 8 Gejala Prediabetes, Salah Satunya Rasa Lapar Berlebihan Prediabetes adalah kondisi ketika kadar gula…
Jadwal Group Stage MSC 2025 Hari Ini: Onic ID Vs CFU Gaming Hari ini, Rabu,…
Terungkap Pria di Cisauk Janjikan Uang Ajak Teman Bunuh Eks Pacar Kasus yang menghebohkan warga…
Mengaku Wanita Sister Hong' Tipu Ribuan Pria Tanpa Disadari Kasus penipuan identitas kembali mengejutkan publik.…
Pace Rendah Bikin Minder, Joki Strava Jadi Jalan Pintas untuk Eksis di Media Sosial Di…
Israel dan Suriah Capai Kesepakatan Gencatan Senjata, AS Peran Sebagai Perantara Setelah bertahun-tahun ketegangan dan…
This website uses cookies.